Era feodal Jepang dengan samurai dan ninja memang selalu jadi tema menarik dalam berbagai media. Namun, jika membahas film atau game buatan luar negeri yang berlatar Jepang, sering kali terdapat ketidaksesuaian—baik dari aspek sejarah maupun budaya. Hal ini kadang membuat masyarakat Jepang merasa kurang nyaman, bahkan tak jarang ada yang mengkritik atau sekadar menjadikannya bahan candaan.
Ternyata, diterimanya game bertema Jepang bukan selalu karena ketepatan sejarah. Dalam sebuah artikel di ITmedia Business, analis dari Nomura Securities, Kensaku Namera, menjelaskan faktor-faktor yang membuat game bertema Jepang bisa diterima di Jepang.
Ia mengambil contoh Ghost of Tsushima karya Sucker Punch Productions sebagai game bertema sejarah Jepang yang diterima dengan baik, meskipun tidak sepenuhnya akurat secara sejarah.
Dirilis pada 2020 untuk PS4, Ghost of Tsushima mengajak pemain menjelajahi era Jepang feodal pada masa invasi pertama Mongol. Walaupun terinspirasi dari peristiwa dan tempat nyata, game ini mengolah detail sejarah dengan cukup fleksibel demi menciptakan gameplay yang menarik—mulai dari menambahkan drama, mengubah geografi, hingga memasukkan elemen yang sebenarnya tidak ada pada masa tersebut (seperti baju zirah samurai karakter Jin dan puisi haiku).
Anehnya, pemain Jepang justru tidak melihat ini sebagai kekurangan. Menurut Namera, salah satu penyebabnya adalah karena Ghost of Tsushima tidak menampilkan pandangan atau ideologi yang terasa memaksakan. “Jika sebuah game menyampaikan sejarah dari sudut pandang Barat dan seolah-olah mengatakan bahwa ‘budaya dan sejarah Jepang dipengaruhi oleh Barat,’ kemungkinan besar akan ada reaksi negatif dari pasar Jepang,” ungkapnya.
Namera juga menambahkan bahwa “alasan utama Ghost of Tsushima diterima di Jepang adalah karena tidak adanya unsur ‘pemaksaan budaya atau ideologi’ dalam game ini.” Para pengembang juga sering menegaskan bahwa tujuan utama game ini adalah untuk menghibur, bukan sebagai representasi sejarah yang kaku.
Meskipun begitu, Sucker Punch tidak asal-asalan dalam pembuatannya. Mereka langsung datang ke Jepang, berkonsultasi dengan sejarawan, bahkan menggunakan motion capture untuk merekam gerakan ahli pedang Jepang. Mereka juga memutuskan untuk tidak menyertakan tokoh sejarah nyata atas saran konsultan.
Dengan pendekatan ini, Ghost of Tsushima menjadi salah satu game bertema Jepang yang diterima dengan baik oleh banyak pemain Jepang. Namera menjelaskan bahwa “untuk game bertema sejarah, yang terpenting bukan hanya soal akurasi sejarah, tetapi juga pemahaman budaya yang mendalam, tanpa ideologi yang dipaksakan, dan yang terutama, harus menyenangkan.”